Pagi ini sebelum berangkat ke kantor, seperti biasa, saya memeriksa ponsel: baterai tinggal 4%. Wah, itu pasti gara-gara semalaman keasyikan men-download ringtone, wallpaper dan template bertema Paskah. Yang pasti juga, tagihan GPRS bulan ini akan melonjak lagi. Ah, soal tagihan itu dipecahkan belakangan saja, yang jelas baterai harus diisi, tapi tidak banyak waktu lagi, nanti saja di-charge di kantor.
Saya selalu berusaha men-charge ponsel dalam keadaan mati dan baterainya sudah benar-benar habis. Ini kebiasaan lama sejak saya memiliki ponsel pertama sekitar 10 tahun yang lalu. Waktu itu ada mitos bahwa jika ponsel di-charge ketika baterai belum habis, maka kapasitas baterai akan berkurang sebanyak sisa yang belum terpakai.Saya tidak tahu apakah mitos itu memang benar, atau memang benar-benar hanya mitos, tapi yang jelas saya mempraktekkannya hingga sekarang, setelah saya berganti ponsel beberapa kali. Beberapa teman mengatakan bahwa sekarang sudah tidak perlu lagi melakukan hal tersebut karena teknologi baterai sekarang sudah lebih canggih, tapi saya tetap saja melakukannya. Bahkan kadang-kadang ketika saya terpaksa melanggar hal tersebut, saya merasa baterai ponsel jadi lebih cepat habis, entah memang benar, atau hanya perasaan saja.
Karena itu pagi ini, agak di luar kebiasaan, saya sengaja memasang headset dan mulai mendengarkan beberapa MP3 yang tersimpan di ponsel saya, agar baterainya cepat habis dan bisa segera di-charge. Dua jam kemudian baterai benar-benar habis, tapi saya jadi tersentak karena ternyata saya lupa membawa charger. Waduh! Kenapa bisa lupa ya? Ah, pakai kabel data saja, kan bisa di-charge lewat USB. Tapi ternyata kabel data pun tidak terbawa. Benar-benar sial, nih! Sesaat saya termangu-mangu. Bagaimana saya bisa melewati sisa hari ini tanpa ponsel? Masih jam 10 pagi. Bagaimana jika ada yang mencoba menghubungi saya? Ah, kan masih ada ponsel satunya, yang CDMA. Tapi tidak banyak orang yang tahu nomornya, bahkan saya sendiri masih sering lupa. Lagipula, ponsel itu tidak secanggih ponsel yang mati ini. Bagaimana kalau ada peristiwa yang ingin saya abadikan gambarnya? Atau direkam suaranya? Oh ya, nomor telepon, email dan alamat semua orang yang saya kenal juga tersimpan dalam ponsel itu, dan tidak ada yang saya ingat di luar kepala, kecuali beberapa, kurang dari sepuluh, nomor paling penting. Begitu pula dengan agenda kegiatan dan catatan penting, semuanya ada di sana!
Apakah saya sudah begitu tergantungnya dengan ponsel? Sampai hidup saya dikendalikan olehnya? Apakah saya sudah berubah menjadi pecandu ponsel? Dalam artikelnya yang lucu tapi sinis, Howard Melamed mengatakan bahwa ponsel adalah America's #1 Addiction Problem. Bahkan sebuah artikel di Taipei Times berani menyatakan bahwa kecanduan ponsel, khususnya SMS, akan menjadi kecanduan non-drug terbesar di abad 21 ini. Saya mengenal beberapa orang yang tidak pernah mau memiliki ponsel (padahal mereka mampu memilikinya). Salah satu alasannya adalah bahwa mereka tidak merasa membutuhkan ponsel, dan memilikinya akan menciptakan kebutuhan tersebut dan membuat mereka bergantung padanya. Saya merasa kurang sreg dengan argumen tersebut, walaupun tidak tahu persis di mana letak kesalahannya, mungkin karena saya melihat mereka sendiri kadang-kadang meminjam ponsel orang lain jika keadaan benar-benar mendesak.
Di satu sisi memang benar, ponsel banyak sekali mengubah gaya hidup manusia. Dapat dikatakan bahwa sepanjang sejarah peradaban, saat inilah untuk pertama kalinya setiap orang dapat berkomunikasi secara langsung dengan setiap orang yang lain setiap saat. Tentu saja gegar budaya terjadi di mana-mana. Tapi apakah memakai ponsel secara maksimal di segala aspek kehidupan bisa disamakan dengan kecanduan? Jeffrey Tucker menganggap kecanduan ponsel itu hanya sekadar mitos saja, semacam urban legend yang dihembuskan oleh orang-orang yang tidak siap dengan perkembangan jaman.
Apapun yang terjadi, saya akhirnya bisa mengatasi masalah ketiadaan ponsel, dan hari ini berlalu dengan baik-baik saja. Tapi jika ada yang masih penasaran dan bertanya-tanya, "Apakah saya juga sudah kecanduan ponsel?" Silakan isi kuis ini, dan beritahu saya berapa skor Anda, dan mungkin saya akan memberitahu Anda berapa skor saya :)
1 comment:
Entah kecanduan atau tidak, tapi pas phone cell saya hilang, saya sempat seakan-akan terputus dari dunia luar. Takut tidak bisa menghubungi dan dihubungi. Mungkin karena saya sudah terlalu dimudahkan dlm komunikasi dengan adanya phone cell. Apalagi mengingat hobi oprek hp. Jadi gatal juga waktu tdk ada phone cell di tangan. Sudah terlalu terbiasa, hidup bersamanya.
Post a Comment